Pada pembukaan perdagangan awal sesi Asia hari Kamis (25/4) Mata uang Euro merosot ke level terendah 22 bulan terakhir terhadap Dolar AS, pasangan EUR/USD diperdagangkan dekat level terendah pada 1.1157. akibat adanya laporan utama aktivitas ekonomi Jerman yang sedang anjlok secara mengejutkan. Data tersebut membuat kekhawatiran para pelaku pasar terkait pertumbuhan Zona Euro.
lembaga IFO yang merilis pada hari Rabu kemarin, Indeks hasil survei mengenai sentimen bisnis menunjukkan penurunan drastis dan meleset dari ekspektasi. Laporan tersebut mengindikasikan konflik perdagangan secara global yang telah membebani perekonomian Jerman, sehingga pada permintan pasar domestik menjadi satu-satunya penopang pertumbuhan saat ini.
Dibandingkan dengan perlambatan pertumbuhan Zona Euro dan sejumlah negara asal mata uang mayor lainnya, ekspektasi pada pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dianggap cukup baik. Hal inilah yang dapat mendorong naiknya mata uang Dolar AS dibandingkan mata uang lain, termasuk Euro. Bagi EUR/USD, imbasnya memberikan tekanan bearish yang hampir sama ketika bank sentral Eropa (ECB) membatalkan rencana akan kenaikan suku bunganya ditahun 2019 ini.
Euro juga mengalamin pelemahan terhadap Poundsterling dan Yen. Pasangan mata uang EUR/GBP tertekan pada kisaran 0.8643 dan EUR/JPY menurun tiga hari beruntun hingga di level 125.00. Padahal, Sterling tengah dihadang oleh ketegangan politik Inggris yang sedang menyusun rencana brexit. Yen juga menantikan adanya pengumuman kebijakan bank sentral Jepang (BoJ) yang diekspektasikan tetap dovish.
Pandangan Ke depan, sedikit sekali akan adanya rilis data ekonomi Zona Euro dalam sepekan. Namun, Para pelaku pasar kemungkinan akan lebih cermat dalam publikasi buletin ekonomi ECB pada sesi Eropa (15:00 WIB). Bank sentral dapat memberikan penilaiannya mengenai outlook ekonomi setempat dalam buletin tersebut, termasuk dengan risiko utang negara-negara Zona Euro yang masih terlalu tinggi serta lesunya aktivitas ekonomi Jerman.