Dolar AS pada perdagangan hari ini Kamis 16 April 2020 menguat terhadap mata uang utama lainnya. Meski anjloknya data ritel dan pabrik yang menunjukkan buruknya kegiatan ekonomi AS terdampak pandemi covid-19 tetapi permintaan dolar kian meningkat.
Indeks dolar AS di perdagangkan naik 0,42% di 99,906. Pair USD/JPY menguat 0,36% di 107,86. Sementar, Pair EUR/USD melemah 0,21% ke 1,0882 dan GBP/USD turun 0,24% di 1,2483.
Penjualan ritel di Amerika Serikat telah mencatatkan penurunan 8,5% di bulan Maret dari bulan sebelumnya. Ini mencatat ekonomi AS terburuk yang belum pernah terjadi sebelumnya, dampak dari upaya untuk menahan penyebaran covid-19.
The Fed juga menyatakan produksi manufaktur anjlok 6,3% pada bulan Maret yang memantau aktivitas sektor tersebut di Negara Bagian New York, jatuh ke level terendah sepanjang masa.
Semua angka yang memburuk telah memudarkan optimisme perbaikan baru-baru ini dan harapan berakhirnya wabah virus covid-19. Di mana banyak negara-negara maju ingin membuka kembali wilayah karantina agar perekonomian dapat segera berjalan.
“Selama sepekan terakhir berita-berita menunjukan hal yang positif yang mendorong sentimen aset berisiko, ungkap Mark McCormick” kepala global strategi valuta asing di TD Securities pada rabu 14 April 2020.
“Marck McCormick, Lebih lanjut menyatakan, “Kami tidak berharap kalo pandemi covid-19 ini terjadi lebih lama. Ketika kita meninggalkan fase puncak krisis, pasar terus menghadapi data fundamental dan ketidakpastian. Langkah-langkah sedikit demi sedikit dilalui. Ini adalah penyesuaian dan awal peristiwa ekonomi yang naik turun. Sehingga, kami perkirakan terjadi lonjakan lain untuk USD.
Di sisi lain, Harga minyak naik pada petang ini setelah sempat turun pada hari Rabu, Minyak Mentah WTI Berjangka melonjak 0,30% ke $19,93 per barel dan Minyak Brent Berjangka naik 0,79% di $27,91 per barel.
Kenaikan tersebut menyusul adanya laporan dari Badan Energi Internasional (IEA) yang memprediksi permintaan minyak akan turun 29 juta barel per hari (bph) pada bulan April, ke tingkat terendah dalam 25 tahun dan angka ini sedikit di bawah 30% dari permintaan global sebelum mewabahnya covid-19.